Sunday, November 25, 2012

Menjadi penunjuk arah atau tujuan akhir?

saya, kamu atau dia kah yang akan menjadi penunjuk arah atau tujuan akhir? entah akan menjadi apa tetapi peran kita tidak akan sia-sia, jika kita hanya menjadi penunjuk arah, maka suatu saat nanti kita yang akan menjadi tujuan akhir. karena roda itu selalu berputar :)

akhir-akhir ini gue semakin banyak diperlihatkan tentang sebuah kenyataan yang gak bisa dihindari, takdir. yak takdir apapun itu bentuknya, gue yakin semua itu pasti ada hikmahnya. Tuhan menganugrahkan rasa cinta ke semua orang, tapi kita gak pernah tau kepada siapakah cinta sejati kita berhenti mencari pelabuhan terakhirnya.

saya, kamu atau dia bisa saja merasa yakin bahwa pasangan kita saat ini adalah cinta terakhir kita dan kita adalah tujuan akhirnya. kenyataannya mungkin Tuhan tidak sependapat. bisa saja kita adalah penunjuk arah yang mengarahkan kepada siapa tujuan akhirnya.

oke, gue bakal angkat salah satu cerita dari temen gue yang gak perlu disebutin namanya.

mereka udah pacaran kurang lebih 4 tahun dan putus karena 1 alasan yang sama, EGO, ego yang terlalu kuat di kedua belah pihak itu ternyata sangat sulit untuk mempertahankan sebuah hubungan, dan jalan terbaik adalah PUTUS. ternyata rasa sayang itu gak selamanya mampu menjadi alasan suatu hubungan untuk bertahan. ketika rasa sayang mulai terkikis oleh rasa kecewa, jenuh dan capek. waktu 4 tahun untuk membangun kenangan, kebersamaan dan kebiasaan itu sudah tidak mampu untuk saling menguatkan. si cowo bilang sama gue "dua bulan ini gue udah mikirin semuanya, putus adalah jalan terbaik buat gue dan dia, ego kita sama-sama tinggi, dan kita udah coba memperbaiki diri tapi tetep aja gak ada hasilnya, kalo dilanjutin pun ini gak akan baik buat gue ataupun dia, tapi gue berterimakasih banget sama dia, karena sebelum kenal dia gue gak akan jadi se'baik' ini". see? ini yang gue maksud penunjuk arah atau perantara. ternyata peran si cewe ini di hidup si cowo hanya seorang "penunjuk arah", kenapa? saat mereka menjalani hubungan, si cowo sadar kalo si cewe bukan pendamping yang tepat buat dia karena beberapa alasan, alasan itulah yang akan menjadi petunjuk arah ke mana dia harus mencari sosok yang tepat untuk dijadikan pendamping. seenggaknya si cowo sudah belajar dari kegagalan hubungan sebelumnya.
perantara? ya peran si cewe sebagai perantara si cowo dengan jodoh terakhirnya, walaupun semua hal baik yang dibentuk oleh si cewe ini kepada cowonya pada akhirnya bukan si cewe yang akan menikmati hasilnya, setidaknya karena "aku" kamu bisa menjadi lebih baik, setidaknya "aku" pernah bearti buat hidup kamu, setidaknya "aku" bisa mengantarkan kamu menemukan kebahagianmu selanjutnya, setidaknya "aku" pernah merasakan kasih sayangmu, setidaknya "aku" memiliki kenangan indah bersamamu di memoriku, setidaknya "aku" tau bahwa kamu bukanlah tujuan akhir-ku.

kita emang gak pernah tau, kita yang menjadi perantara untuk menemukan jodoh terakhirnya ataukah dia yang menjadi perantara kita. yang gue tau, manusia selalu tau apa yang mereka inginkan, tapi Tuhan lebih tau apa yang kita butuhkan. Realistis aja, cewe pasti ingin punya pacar ganteng, pinter, kaya, hem masih banyak, sempurna banget yah keliatannya. tapi ternyata bukan itu yang kita butuhkan, ganteng gak menjamin dia setia, pinter gak menjamin dia gak mempermainkan kita, kaya gak menjamin dia bisa menghargai kita. serahin semuanya sama Tuhan, dia yang lebih tau apa yang kita butuhkan, minta Dia buat memilih lelaki mana yang pantas untuk kita percayakan cinta kita dijaga dan dirawat olehnya.

percaya aja, semua orang pasti punya kesempatan untuk menjadi sebuah tujuan akhir, walaupun sebelumnya pernah menjadi penunjuk arah, tapi taukah kamu suatu saat nanti kita akan tau hikmah dibalik semua rencana-Nya, pasti akan indah dan tidak terbayangkan oleh mu :)